Jumat, 25 September 2015

Korbankan "Ismailmu"


Bayangkan dirimu berada di puncak kehormatan..penuh dg kebanggaan..dan hanya ada "satu hal" yg demi hal itu kau siap menyerahkan apapun dan mengorbankan kecintaan lain demi meraih cintaNya..
Itulah "Isma'ilmu"...
korbankanlah "Isma'ilmu"..
yg menghalangimu untuk taat..
yg menghalangimu untuk shalih..
yg menghalangimu untuk ikhlash..
yg menghalangi untuk berinfaq..
yg menghalangi untuk berjuang di jalanNya...
Isma'ilmu bisa berwujud manusia, objek, pangkat , jabatan bahkan kelemahanmu..
Smg Allah mengkaruniakan kita keshalihan spt Nabi Ibrahim..keta'atan seperti Nabi Isma'il, keikhlashan spt Bunda Siti Hajar dan keberkahan spt Nabi Muhammad SAW..Aamiin...


Kita mungkin bisa berkurban seekor domba, sapi atau unta.
Bahkan bila itu lebih banyak dari jumlah anggota keluarga kita.
Tetapi apakah kita sudah benar-benar berkurban dengan sesuatu yang amat sangat kita suka?
Mengorbankan siaran TV kesukaan kita demi belajar dienul Islam yang belum kita ketahui semuanya agar amal kita bisa sempurna ?
Mengorbankan harga diri kita untuk belajar pada seorang yang jauh lebih muda dan lebih sederhana, tetapi memiliki hati yang lurus dan ilmu yang terjaga ?
Mengorbankan zona nyaman kita demi mewujudkan cita-cita kita membangun sebuah peradaban yang tinggi nan mulia ?
Mengorbankan peluang bisnis atau penghasilan tinggi di luar negeri demi berbagi inspirasi di negeri ini kepada tunas-tunas muda.?
Saatnya membangun sebuah peradaban baru yang mempesona.
Mulai dengan merenungkan apa yang bisa kita ubah dalam diri kita.
Selamat Hari Raya Iedul Adha.
Semoga Allah menerima kurban-kurban kita.
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkanya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (Qs. 22:37) "

Rabu, 23 September 2015

Antara Ahlul Haq dan Orang Bijak


by: Rahmawan Puspawijaya

Kata-kata yang terdengar bijak, belum tentu benar. Islam menuntut kita berkata2 dan berperilaku sebagai pancaran dari aqidah, sebagai bentuk ketaatan terhadap syariah. Jika kita hanya ingin berkata2 bijak, bisa belajar pada filsafat yunani, atau kaum liberal yang fasih berkata2 bijak menggunakan akal pikirannya, tanpa terkait dengan aqidah islam. Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah untuk membangun kesadaran, bukan untuk memojokkan pihak manapun. Semoga Allah melapangkan qolbu kita semua untuk terus menuju kebenaran.
Berikut adalah contoh kata2 populer yang biasa terdengar bijak, tapi sebenarnya bukan pancaran dari tsaqofah Islam. Tapi merupakan pola fikir yang terlahir dari berabad2 ghozwul fikr (perang pemikiran) Islam dengan pemikiran luar Islam yg terjadi ditengah umat, yg kemudian penulis coba luruskan melalui dialektikal yang dinarasikan melalui dialog antara "orang bijak" dan "ahlul haq" *.
*ahlul haq = pengikut kebenaran. Berbeda dengan Al Haq = yang Maha Benar, yaitu Allah SWT
ORANG BIJAK : bagaimana caranya memindahkan batu segunung ? ambil satu batu demi satu batu dan pindahkan, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri.
AHLUL HAQ* : percuma anda pindahkan jika masih ada orang lain yang mengembalikan batu itu ketempat semula. Pastikan dulu semua orang bertujuan yang sama, barulah dimulai.
ORANG BIJAK : Tegakkan syariat Islam pada pribadi dari individu ke individu. Secara bertahap masyarakat akan berubah dan negara Islam akan terwujud.
AHLUL HAQ : Ketika anda berdakwah satu demi satu, musuh Islam juga sedang berdakwah.. tidak hanya satu demi satu, tapi juga menerapkan hukum bathil yang menyesatkan masyarakat. Maka ajaklah dahulu se-banyak2nya orang menuju tegaknya hukum Islam yg utuh, maka dakwah akan terlindung ke seluruh penjuru.
ORANG BIJAK : Islam Nusantara adalah model Islam terbaik, menerima perbedaan, bertoleransi dan bermusyawarah. Demokrasi sejalan dengan Islam.
AHLUL HAQ : Adakah islam di dunia ini yang lebih toleran, lebih menerima perbedaan dan lebih bermusyawarah dari Rosul SAW ? Tapi Rosululloh tidak memusyawarahkan apa2 yg telah jelas keharamannya, atau kekufurannya. Rosul bermusayawarah hanya pada perkara yg mubah.
ORANG BIJAK : Kita tidak boleh merasa paling benar, Allah dan RosulNya lah yang paling tahu. Kita menghargai perbedaan.
AHLUL HAQ : Allah dan Rosulnya tentu yang paling tahu.. Tapi jangan gunakan itu untuk berdalih dari mencari kebenaran yang haq. Kapan kita akan tahu apa yang benar2 dimaksud oleh Allah dan Rosul jika isi kepala terus memelihara jargon "tidak ada kebenaran yang mutlak" ala liberalis ?
ORANG BIJAK : Gunakanlah Hati .. Hati itu yang akan memandumu di jalan yang benar.
AHLUL HAQ : Berhentilah menggunakan istilah hati nurani.. Dari mana anda tahu hati anda telah benar atau sedang salah ? Hati juga masih membutuhkan asupan berupa kebenaran sehingga dia bisa memancarkan kebenaran. Gunakanlah istilah Qolbun Salim. Yaitu akal dan perasaan yang terikat aqidah dan tunduk pada syariah, yang melahirkan perkataan dan perbuatan di jalan yang benar.
ORANG BIJAK : Iman itu adanya di hati. Hanya orang-orang yang mendapatkan hidayah yang mendapatkan Iman. iialah yang telah dipilih oleh Allah. Yang penting bersyukur atas iman islam, dan tidak usah macam-macam.
AHLUL HAQ : Tentu nikmat iman adalah hal utama yang harus disyukuri. Tapi Jika berfikirnya hanya sampai di situ, bagaimana nasib orang yang belum Islam ? Apakah Rosululloh bermaksud islam ini hanya untuk orang islam, atau untuk mengajak sebanyak2 orang ke surga?
Urusilah yang telah jelas, dan serahkan rahasia Allah padaNya. Kepada siapa jatuh pilihan Allah atas iman / kafirnya seseorang adalah mutlak Rahasia Allah. Bahkan jika anda sudah merasa beriman, Allah bisa lepaskan.. Ada orang yang kafir, kapanpun kemudian Allah bisa islamkan. Biarlah Rahasia itu menjadi milik Allah.
Yang telah jelas dan bukan rahasia lagi adalah bahwa Allah menghendaki Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semua manusia dilahirkan Islam. Semua manusia diberi akal. Keberadaan akal itu sendiri adalah bagian dari hidayah, agar manusia bisa menerima dakwah Islam, dan berproses berfikir untuk menerima kebenaran. Tugas kita yang sudah islam untuk memahamkan yang belum islam. Semua manusia mencari Tuhannya, mencari tempat kembali, mencari ketentraman hati dan kepuasan akal, dan tujuan hidup.
Apakah Islam mengajarkan seperti yang anda fikirkan ? tidak usah macam-macam, Allah sudah menentukan semuanya ? Apakah ketika terjadi kemungkaran di depan mata anda diam tidak usah macam2? apakah ketika kaum muslimin ditindas penguasa dzolim anda berlepas diri dari dakwah kepada penguasa, hanya karena tidak ingin macam-macam? kan tidak begitu.
ORANG BIJAK : belajar agama itu jangan pakai akal... akal itu sumbernya hawa nafsu. Hawa nafsu itu dari setan. Pakailah hati...
AHLUL HAQ : Kalau akal disebut hawa nafsu, mau tdk anda sholat bermakmum kepada seekor lembu yang tidak berakal sekalian ? Atau anda mau memiliki ulil amri seekor gorila ? Cocok kan ngga ada akalnya ? Atau bahkan mau dipimpin oleh yang lebih rendah dari hewan.. yg dalam alquran disebut diberi qolbu tapi tak mau berfikir ? Ya tentu tidak begitukan?
Ketika anda mengurusi tujuan duniawi, saya yakin anda tahu bahwa anda menggunakan akal. Lalu kenapa untuk masalah akhirat yang kekal anda tidak mau menggunakan akal anda ?
Pemahaman yang benar adalah... letakkan akal dan perasaanmu di bawah kehendak Allah berupa hukum syara. Gunakan akal itu untuk memahami agama dengan benar, dan bertaqwa. Anda besok shubuh berencana sholat shubuh pun adalah bukti dari aktifitas akal anda.. karena tidak ada tali di hidung anda dan pecut dipunggung anda misalnya untuk Memaksa anda sholat, tapi anda akan melakukannya juga. Itu karena akal anda mengenali perintah sholat, dan memahami cara sholat, dan sadar akan ancaman bagi yang meninggalkan sholat.
ORANG BIJAK : tanpa saya rencanakan pun Allah sudah tahu saya akan sholat besok atau tidak. Allahlah yang mengerakkan anggota tubuh saya untuk melakukannya.
AHLUL HAQ : Allah mengetahui semuanya, itu adalah bagian dari Iman. Bahkan anda sendiripun tidak tahu kalau Allah masih memanjangkan umur anda sampai besok, atau sampai nanti malam, atau masih lama.
Pertanyaannya di akhirat kelak apakah anda akan dihisab atas perbuatan Allah terhadap anda, atau atas perbuatan anda menolak / mendirikan sholat besok?
ORANG BIJAK : Merubah masyarakat itu dengan Akhlak.
AHLUL HAQ : Bukan... Akhlak buruk masyarakat memang masalah, namun bukan akar permasalahan. Akhlak itu untuk merubah individu, bukan merubah Masyarakat. Masyarakat akan berubah setelah 3 hal di rubah : Pemikiran, Perasaan, dan Aturan. Tanpa tiga hal itu, masyarakat hanya akan terdiri dari sebagian orang berakhlak baik, sebagian lainnya berakhlak buruk, karena masyarakat tidak terikat pada pemikiran, perasaan, dan aturan Islam. Justru setelah 3 hal tadi dirubah, maka berubahlah akhlak masyarakat.
ORANG BIJAK : Kebangkitan masyarakat Islam itu tercapai dengan Pendidikan.
AHLUL HAQ : Bukan, pendidikan buruk masyarakat memang masalah, namun bukan akar permasalahan. jika dibangkitkan pendidikan, seperti selama ini orang islam menekuni pendidikan Islam, maka hasilnya adalah adanya gedung sekolah, gedung pesantren dan boarding school. Berujung kepada menjadikan pendidikan sebagai dunia usaha yang menguntungkan pemodal. Lagipula dimana kemudian fungsi pemerintah untuk mengadakan pendidikan yang gratis?
ORANG BIJAK : Kalau begitu kebangkitan masyarakat tercapai dengan mengusahakan kesehatan.
AHLUL HAQ : Bukan. kesehatan buruk masyarakat memang masalah, namun bukan akar permasalahan. Selama ini Rumah sakit berlabel Islam terus dibangun. Wal hasil, kesehatan tetap mahal, dengan sistem kesehatan yang kapitalistik, berujung kepada pemodal rumah sakit yang ingin segera kembali modal dan mendapat untung. Lagipula dimana kemudian fungsi pemerintah untuk mengadakan sistem kesehatan yang gratis?
ORANG BIJAK : Kalau begitu kebangkitan masyarakat dicapai dengan kegiatan sosial.
AHLUL HAQ : Bukan. Kesejahteraan buruk masyarakat memang masalah, namun bukanlah akar permasalahan. Jika kegiatan sosial digiatkan, hasilnya adalah membanyaknya lembaga-lembaga sosial yang sebenarnya akan membuat lalai pemerintah dari kewajibannya mengurusi rakyat miskin.
Kebangkitan umat tercetus setelah masyarakat menyadari akar permasalahan, dan mengetahui solusinya. Akar masalahnya adalah ditinggalkannya hukum Allah, sehingga solusinya akar masalahnya adalah tegakknya Hukum Allah.
KEBANGKITAN UMAT HANYA AKAN BISA DITEMPUH DENGAN AKTIFITAS POLITIK ISLAM YANG HAQ. Yaitu aktifitas yang melahirkan pemikiran Islam, perasaan Islam, dan keterhubungan antara hidup dan aturan islam di dalam Masyarakat. Dengan kesadaran masyarakat yang dibangun berupa opini penegakkan hukum islam secara kaffahlah, maka organisasi penggerak politik itu, bersama-sama dengan masyarakat akan melakukan perubahan yang mendasar, dalam satu tujuan untuk bertaqwa pada Allah, menegakkan konstitusi Islam di negerinya.
Itulah yang akan melahirkan perubahan hakiki yang menjadi solusi umat.

Hakekat Kemenangan Dakwah


Wahai pejuang Islam jnganlah kalian berpikiran…
kemenangan bergantung pada jumlah dan persiapan perjuangan kalian, namun kemenangan kalian bergantung pada keyakinan akan kekuatan dan pertolongan Allah.
Bukankah tentara thalut diseleksi Allah …disaat tentara butuh air minum…
Allah menguji keyakinan mereka…
apakah yakin melaksanakan perintah Allah sukses…
atau mendahulukan kebenaran rasional strategi perang lalu mengesampingkan perintah Allah yaitu hanya minum satu cawukan tangan. Maka, hanya sedikit tentara thalut yang taat sehingga satu satunya pondasi kemenangan thalut adalah keyakinan kemenangan bergantung pada ijin dan pertolongan Allah….
Alqur’an menyebut dengan redaksi: “..mereka yang yakin pertemuananya dengan Allah (berkata) “berapa banyak kelompok sedikit mengalahkan kelompok yang banyak karena ijin dan pertolongan Allah”..(terj. QS.2;249).
Sekali lagi,
Ingatlah kemenangan kaum muslimin adalah saat para pejuang bergantung pada keyakinan akan kekuatan, kekuasaan, dan pertolongan Allah bukan bergantung pada jumlah dan kekuatan fisik.
walaupun jumlah dan persiapan perjuangan adalah diantara sebab tapi tidak boleh bergantung pada sebab.
wahai pejuang Islam ketahuilah memperbanyak jumlah dan persiapan perjuangan akan segera diberi kemenangan bila tidak banyak kemaksiatan kepada Allah karena kemaksiatan memperlambat datangnya pertolongan Allah:
1. Berbangga dengan jumlah yang banyak, kaderku banyak.., massaku banyak…
2.Kemaksiatan pejuangnya…dakwah tapi melupakkan berbakti pada orang tua, merendahkan , tidak hormat, kata kasar kepada orang tua yang belum bergabung dalam perjuangan , menyerukan islam kaffah tapi belum menjadi anak sholih, suami sholih, istri sholihah, ayah sholih, tetangga sholih, pekerja sholih, suka muhasabah orang lain tapi marah ketika di muhasabah orang lain…
Ya Allah bantu kami untuk utuh dalam taat kepadaMU…
3. Suka berbantah-bantahan dalam implementasi perjuangan hingga saling mencaci..blok-blokan..sehingga soliditas perjuangan menjadi lemah … memang boleh saling menasehati…mengingatkan..tapi berakhlaklah..lembutlah dalam sikap, munculkan sayang dalam hatimu saat mengingatkan saudaramu, ucapakan dengan perkataan ma’ruf dan doakan saudaramu…
InsyaAllah Allah menyayangi kita semua….dan segera menolong perjuangan kita.
Wallahu a'lam
(copas)

Menjadi PR Dakwah


Setiap perusahaan membutuhkan PR. Bukan Pekerjaan Rumah, melainkan Public Relation, yang biasa disebut “PR”. Ia merupakan proses, usaha dan aktivitas yang dilakukan secara terencana untuk menjalin komunikasi yang baik dan saling menguntungkan. Perusahaan yang setiap pekerjanya – dari Direktur hingga Office Boy – mampu menjalankan fungsi PR, ia akan tumbuh menjadi perusahaan besar dan bonafide.

Dakwah pun demikian adanya. Ajaran Islam perlu dikomunikasikan kepada publik dengan baik. Ditampilkan secara utuh dan gamblang. Karena, Islam itu akan mempesona kalau ditampilkan apa adanya. Berbeda dengan kebatilan. Kebatilan itu tumbuhnya di area gelap dan remang-remang, sebab kalau tersingkap kedoknya akan ditinggalkan orang.

Setiap Muslim adalah PR Dakwah

Idealnya, setiap muslim menjadi representasi PR Islam, sesuai bidang yang digelutinya dan keahlian yang dimilikinya. Untuk itu, silakan ambil dan miliki sikap-sikap berikut ini, dan jadilah penyambung lidah pesan-pesan Rasulullah saw.

Perindah Penampilan

Penampilan memang bersifat lahiriah, tapi tetap saja erat kaitannya dengan batin. Umar bin Khattab punya kesan tersendiri terhadap orang yang berpenampilan prima. “Aku takjub pada pemuda yang taat beribadah, pakaiannya besih dan aromanya wangi”, katanya. Hal itu wajar karena setiap orang menyukai segala sesuatu yang indah. Apalagi keindahan lahiriah yang memancar dari keindahan batin.

Rasulullah saw pernah melihat seseorang yang rambutnya tidak terawat. Beliau “Apa tidak ada sisir untuk merapikan rambut” (Hr. Nasa’i; Shahih). Begitu juga ketika melihat seseorang yang bajunya kurang bersih, beliau menanyakan “Apa tidak ada air untuk mencuci?” (Shahih Ibnu Hibban). Jadi, mengenakan pakaian yang indah dan berpenampilan menarik itu tuntunan Nabi, bukan kesombongan. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah. Ia menyukai keindahan. Kesombongan ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain” (Hr. Muslim).

Senyumlah

Wajah senyum berseri itu bukan saja membuat orang lain senang, tapi juga membuatnya merasa dihormati. Bukankah menyenangkan dan menghormati orang lain itu merupakan prestasi? Tak mengherankan kalau rasulullah saw menilainya sebagai shadaqah. Sabda beliau:

تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu itu merupakan shadaqah” (Hr. Tirmidzi; Shahih).

Oleh sebab itu, janganlah kesibukan membuat kita kehilangan nikmat senyum. Jangan pula kepenatan kerja membuat wajah kita ber- merk masam. Ingatlah, raut wajah itu berbicara lebih fasih dibanding kata-kata. Para sahabat merasa nyaman bila berada di samping rasulullah saw, karena wajah beliau selalu berseri dan murah senyum.Abdullah bin Harist ra memberikan kesaksian, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak tersenyum dibanding rasulullah saw” (Hr. Tirmidzi; Shahih).

Tariklah nafas dalam-dalam…! Ucapkan Alhamdulillah…! Dan Tersenyumlah bahagia…!

Awali Salam

Kaedah umum mengatakan bahwa amalan wajib itu lebih utama dari pada amalan sunnah. Tapi ada pengecualian, yaitu salam. Walaupun mengucapkan salam hukumnya sunnah, namun ia lebih utama dibanding menjawab salam yang hukumnya wajib. Memulai salam, mengajak berjabat tangan, dan memulai pembicaraan ketika bertemu orang lain adalah sikap terpuji yang menandakan keluhuran budi.

Jadi, orang yang mulia bukanlah orang yang menunggu disapa, menunggu diberi salam atau menunggu dijabat tangannya. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِاللَّهِ مَنْ بَدَأَهُمْ بِالسَّلاَمِ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang memulai salam kepada mereka” (Hr. Abu dawud; Shahih).

Ibnu Umar ra memiliki sikap tawadhu’ atau rendah hati yang membuat orang-orang menyukainya. Ia selalu memulai salam, baik ketika bertemu yang lebih tua atau yang lebih muda. Subhanallah…! Kalau seorang muslim berpenampilan prima, wajahnya senyum berseri, dan aktif memulai salam ketika bertemu, tentu ini merupakan PR yang sangat dahsyat. Terlebih lagi kalau semakin dihangatkan dengan jabat tangan. Hasan Basri mengatakan: “Al-mushafahah tazidu fil-mawaddah – Jabat tangan itu menambah kecintaan”.

Jadilah Dermawan

Harta merupakan alat pikat yang luar biasa. Manusia cenderung suka kepada orang yang banyak memberi bantuan materi kepadanya. Maka dari itu, di tangan penebar kesesatan, kekayaan menjadi sarana pemurtadan. Lemahnya iman dan kurangnya pemahaman Islam angat rentan terhadap iming-iming harta. Buktinya, ada di antara saudara-saudara kita korban bencana merapi yang karena uluran tangan missionaris, mereka berganti keyakinan. Sebaliknya, di tangan orang shalih, kekayaan akan menjadi pintu hidayah, penguat keyakinan dan kebaikan dunia akhirat.

Kuncinya adalah kelapangan hati untuk berderma di jalan Allah. Rasulullah saw bersabda:

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

“Sebaik-baik harta yang shalih adalah yang berada di tangan orang yang shalih” (Hr. Ahmad; Shahih).

Muslim yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari apa neraka. Anas meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada rasulullah saw, lalu beliau memberinya kambing yang memenui lembah di antara dua bukit. Maka ia mendatangi kaumnya dan mengatakan “Ayo masuk Islam…! Sesungguhnya Muhammad saw kalau memberi tidak takut miskin”. Anas menuturkan “Seseorang datang kepada rasulullah saw hanya ingin mendapatkan dunia. Sore harinya, ia telah manjdi orang yang lebih menyintai agama Islamnya dibanding dunia seisinya”. (Shahih Ibnu Hibban).

Setelah fathu Makkah, Shafwan bin Umayyah termasuk orang kafir yang minta diberi kebebasan tinggal di Makkah selama dua bulan. Nabi mengabulkan, bahkan memberinya waktu empat bulan. Selanjutnya Nabi menghadapi perang Hunain dan Thaif, beliau meminjam 100 pedang lengkap dengan baju perangnya kepada Shafwan. Sahfan pun ikut perang di barisan kaum muslimin bersama Nabi.

Allah memberi kemenangan, dan banyak ghanimah (harta pampasan) yang diperoleh kaum muslimin. Dalam perjalanan pulang, sampai di Ji’ranah, Shafwan mengamati ternak yang memenuhi lorong diantara dua gunung. “Engkau menyukainya?” tanya nabi. Shafwan menjawab “Ya”. “Semua ternak yang ada di lorong gunung itu untuk kamu”kata Nabi. Shafwan lalu menyatakan:“Hanya seorang Nabi yang rela memberikan kekayaan sebanyak ini. Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya”. Di tempat itu pula ia menyatakan keislamannya. (Kanzul-‘ummal).

Nyatakan Simpati

Di samping bahasa hati dan sikap, bahasa verbal atau bahasa lisan tetap diperlukan. Bagi orang yang belum memahami niat baik yang kita tunjukkan dalam sikap, ia akan menjadi faham dengan pernyatan kalimat. Bagi yang sudah faham, pernyataan akan menjadi pengokoh yang menguatkan. Beritahukan bahwa ia mempunyai tempat tersendiri di hati kita.

Kita katakan, umpamanya “Aku senang bisa bersahabat dengan Anda”, “Kita menjadi bersaudara karena Allah”, “Aku sangat berbahagia dengan keislaman Anda”, atau “Aku mencintai Anda karena Allah”. Rasulullah saw bersabda:

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ إِيَّاهُ

“Apabila seseorang di antara kalian mencintai saudaranya, maka beritahukanlah hal itu kepadanya” (Hr. Tirmidzi; Shahih).

Alangkah indahnya hidup saling menyintai karena Allah. Dan alangkah kekalnya persahabatan yang dibangun di atas ketaqwaan kepada Allah. Itulah kawan abadi. Allah berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari (akhirat) itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Az-zukhruf/43: 67)

Pembaca yang mulia, aku mencintaimu karena Allah.