Sabtu, 09 Juli 2016

Mayoritas Yang Tercela


Oleh: Arief B. Iskandar


Demokrasi identik dengan suara mayoritas. Suara mayoritas dipuja-puji sebagai suara kebenaran. Bahkan suara mayoritas (rakyat) identik dengan suara tuhan. Demikianlah klaim para pemuja dan penjaja demokrasi.

Namun, berkebalikan dengan demokrasi, Tuhan (Allah SWT) sendiri justru mencela suara mayoritas. Allah SWT mencela mayoritas manusia dalam puluhan ayat-Nya. Pasalnya, mayoritas manusia adalah kafir alias tidak beriman, fasik, tidak berpengetahuan, bodoh, tidak bersyukur, sesat dan menyesatkan, dst. Allah SWT, misalnya, berfirman (yang artinya):

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang jelas. Tak ada yang mengingkari ayat-ayat itu melainkan orang-orang yang fasik.  Patutkah (mereka mengingkar ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkan janji itu? Bahkan mayoritas dari mereka tidak beriman (TQS al-Baqarah [2]: 99-100).

Allah SWT juga berfirman (yang artinya):

Mereka (orang-orang musyrik Makkah) berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepada dia (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah Mahakuasa menurunkan suatu mukjizat.” Namun, mayoritas mereka tidak mengetahui (TQS al-An’am [6]: 37).

Allah SWT pun berfirman (yang artinya):

Sekiranya Kami menurunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, lalu Kami mengumpulkan pula segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi mayoritas mereka adalah bodoh (TQS al-Anam [6]: 111).

Allah SWT pun dalam banyak ayat-Nya yang lain berfirman di antaranya sebagai berikut (yang artinya):

(Setan berkata), “Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati mayoritas mereka bersyukur (taat).” (TQS al-A’raf [7]: 17).

Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir. Kami tidak mendapati mayoritas mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati mayoritas mereka orang-orang yang fasik (TQS al-A’raf [7]: 101-102).

Mayoritas manusia tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Mahatahu atas apa yang mereka kerjakan (TQS Yunus [10]: 35-36).

Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi mayoritas manusia tidak tahu (TQS Yunus [10]: 55).

Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi mayoritas dari mereka tidak bersyukur (TQS Yunus [10]: 60).

Mayoritas dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (TQS Yusuf [12]: 106).

Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah, "Unjukkanlah hujjahmu! (Al-Quran) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku". Sebenarnya mayoritas dari mereka tiada mengetahui yang haq sehingga mereka berpaling (TQS al-Anbiya’ [21]: 24).

Terangkanlah kepada Aku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Ataukah kamu mengira bahwa mayoritas mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu) (TQS al-Furqan [25]: 44).

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi mayoritas dari mereka tidak bersyukur (TQS an-Naml [27]: 73).

Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah, "Segala pujian milik Allah." Akan tetapi, mayoritas dari mereka tidak memahami (TQS al-Ankabut [29]: 63).

Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Mayoritas dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (TQS ar-Rum [30]: 42).

Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap mayoritas mereka, kerena mereka tidak beriman (TQS Yasin [36]: 7).

Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui; yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan. Akan tetapi, mayoritas dari mereka berpaling, tidak mau mendengarkan (TQS Fushshilat [41]: 1-4).

Masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah SWT mencela mayoritas atau sebagian besar manusia. Karena itu wajarlah jika Allah SWT mewanti-wanti kita agar tidak ikut-ikutan mengikuti mayoritas manusia karena kita bisa tersesat, bahkan jatuh pada kekufuran. Allah SWT berfirman (yang artinya):

Jika kamu menuruti mayoritas orang-orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (TQS al-An’am [6]: 116).

Karena mayoritas manusia tidak beriman, fasik, bodoh, tidak paham berpaling dari kebenaran, sesat dan menyesatkan maka wajar pemimpin pililihan mereka adalah pemimpin yang juga tidak beriman, fasik, bodoh, tidak paham, tersesat, berpaling dari kebenaran, sesat dan menyesatkan serta zalim.

Itulah fakta yang sering kita saksikan dalam sistem demokrasi yang menjadikan suara mayoritas sebagai patokan untuk memilih pemimpin.

Yang tak kalah parah, suara mayoritas itu pula yang menjadi tolok ukur untuk menentukan suatu perkara itu benar atau salah, baik atau buruk, halal atau haram. Jelas, ini bertentangan dengan Islam yang menegaskan bahwa hanya syariahlah yang harus dijadikan patokan untuk menentukan benar-salah, baik-buruk, halal-haram.

Jika demikian masihkah kita ingin tetap mempraktikkan demokrasi dengan suara mayoritasnya yang sesungguhnya banyak dicela di dalam Alquran? []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar