Kamis, 12 November 2015

Allah Dulu, Kemudian Surga



Saat menengok sejarah kehidupan para Sahabat,
kita akan mendapati bahwa mereka adalah orang-
orang yang begitu antusias memenuhi seruan
menjadi penolong agama Allah. Tekad mereka
menjadi pejuang Islam dan pembela akidah telah
nyata tercatat dalam tinta emas sejarah kehidupan
ini.
Abdurrahman Ra’fat al-Basya pernah
mengumpulkan kisah-kisah para Sahabat tadi dalam
sebuah buku yang ia beri judul “65 Manusia Langit”.
Ya, manusia langit. Tidak berlebihan jika sematan
manusia langit ini diberikan kepada mereka sebab
kontribusi para sahabat tadi dalam menolong agama
Allah begitu luar biasa.
Tengoklah kisah Sahabat bernama Al-Bara’ bin
Malik al-Anshary. Mengenai beliau, Umar bin al-
Khaththab ra. bahkan pernah berkata, “Janganlah
kalian tunjuk Al-Bara’ menjadi Amir dalam pasukan
kaum muslim karena dikhawatirkan ia dapat
mencelakakan tentaranya karena ingin terus maju.”
Apa yang disebutkan Umar memang bukan tanpa
alasan. Pada peperangan Yamamah, perang antara
kaum muslim dan pasukan Musailamah al-Kadzdzab,
si nabi palsu, Al-Bara’ bin Malik ditunjuk untuk
menjadi salah satu pemimpin pasukan. Al-Bara’ pun
melihat kaumnya dan menyemangati mereka,
“Wahai semua kaum Anshar, jangan ada seorang pun
dari kalian yang kafir dengan kembali ke Madinah.
Tidak ada Madinah setelah ini bagi kalian. Yang ada
hanyalah Allah, kemudian surga!”
Kaum muslim pun maju hingga membuat Musailamah
dan pasukannya pergi ke sebuah taman yang
kemudian disebut sebagai Taman Kematian. Disebut
demikian karena banyaknya korban yang tewas di
sana pada hari itu. Musailamah dan pasukannya
berlindung di balik tingginya tembok-tembok Taman
Kematian. Mereka juga menutup pintunya sehingga
kaum muslim hanya bisa menyerang mereka dengan
panah. Melihat kesulitan yang dihadapi oleh kaum
muslim, Al-Bara’ kemudian berkata kepada
kaumnya, “Wahai kaumku, letakkanlah aku di atas
perisai. Angkat perisai itu, lalu lemparkanlah aku ke
dalam kebun!”
Sendirian, Al-Bara’ bin Malik dilemparkan masuk ke
dalam benteng. Kemunculan Al-Bara’ yang tiba-
tiba membuat musuh panik. Ia segera mencari jalan
untuk membuka pintu dari dalam, membuat jalan
bagi kaum muslim yang sudah menanti di luar
gerbang. Disebutkan, pada saat itu al-Bara’ bin
Malik terkena lebih dari delapan puluh luka di
tubuhnya. Atas izin Allah, al-Bara’ berhasil
menyelesaikan misinya dan Musailamah al-Kadzdzab
beserta semua pengikutnya tewas.
Membaca kisah ini, saya merinding. Tekadnya
menjadi penolong agama Allah terlihat jelas dalam
aksinya. Semangatnya menyambut ridha Allah
terpampang jelas melalui kata-katanya, “Yang ada
hanyalah Allah, kemudian surga!”
Menutup tulisan singkat ini, semoga apa yang
ditunjukkan oleh Al-Bara’ bin Malik bisa menjadi
teladan bagi kita semua. Tentu, jika kita ingin
mengembalikan kejayaan Islam di muka bumi ini,
kualitas perjuangan kita tak boleh kalah dengan
para Sahabat. Usaha kita menjadi penolong agama
Allah juga tak boleh kalah daripada yang
ditunjukkan oleh para pendahulu kita. Saudaraku,
mari kita ingat, bahwa dalam jalan dakwah ini,
yang ada hanyalah Allah, kemudian surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar